TOMKET 108.CAI.2012.CA

TOMKET 108.CAI.2012.CA

Kamis, 17 Juli 2014

Bulusaraung 1.353 Mdpl dan 30x8 m

Posted by Unknown On 23.23 No comments

“PASUKAN 8”
PEMBUNGKUSAN PUNCAK BULUSARAUNG 1.353 MDPL 30x8M.
14-17 AGUSTUS 2013 G. BULU SARAUNG , MAROS PENGEKP

g   Gunung Bulusaraung adalah salah satu Gunung di Sulawesi Selatan lokasinya berada diantara Kab. Pangkep dan Kab. Maros, tepatnya di Kec. Balocci Desa Tompobulu dengan ketinggian gunung mencapai 1353 Mpdl.
 Gunung bulusaraung ini juga termaksud salah satu Gunung di Sulawesi Selatan yang banyak dikunjungi baik itu para wisatawan luar Sulawesi Selatan maupun para Pendaki Gunung. Untuk menuju ke puncak hanya perlu menempuh jarak sekitar 3-4 jam dari pemberhentian terakhir atau biasanya disebut POS 0 di Desa Tompo bulu.

Perjalanan kali ini akan menjadi sebuah kisah tersendiri bagi saya Kegiatan Pengibaran Bendara Merah Putih Raksasa di puncak gunung bulusaraung mambentuk semangat nasionalisme saya smakin bertambah. Proses pembuatan Bendera Merah Putih Raksasa dari tahap penjahitan sampai pengecatan kuarang lebih dua minggu dengan diameter 30x8m

Proses Pembuatan Bendera


setelah semua perlengkapan tim, pribadi dan ransum persiapan 1hari selasai kami memulai perjalan dari kesekretariat Cagar Alam Indonesia Cinta Alam (CAICA) berjumlah 6 orang pada kamis 14 Agustus 2013. Pukul 14.00 WITA. Kami telah meninggalkan Kota Makassar saya dan Kating berboncengan, Nango membawa Bendara Merah Putih yg sudah dilipat seperti carrier menggunakan sepada motor, Pararang, Goole’ dan Kalapua menggunakan anggkutan umum.
pukul 15.30 Saya dan Kating sudah berda di Balocci dan membawa surat izin perjalanan ke Kantor Polsek Balocci.

Pukul 17.40 Wita, kami tiba di Desa Tompo Bulu dan akhirnya malam hari pun tiba diawali dengan Adzan Magrib Yang berkumandang. kami beristirahat sejanak ditemani segelas montea dan sebatang rokok Surya.
kabut dan menara pos 8

Waktu sholat magrib telah berlalu Pukul 18.00 kami bersiap melanjutkan perjalan menuju puncak Gunumg Bulu Saraung  dari Pos 1 berbagai macam rintangan kami lalui hingga  sampai di Pos 8 kami beristirhat dan sebotol nutrisari dingin raciakan saya sendiri penghapus dahaga
Pukul 21.30 kami tiba di Pos 9 mencari lokasi camp yang luas gunanya pada saat puncak 17san kaka pendiri dan angggota-anggota lainnya Cagar Alam Indonesia Cinta Alam (CAICA) bisa membuat camp saling berdekatan. 


Mentari Pagi pos 9
Kami saling membagi tugas ada yg memasang tenda, mengambil air dan memasak sambil menuggu makanan siap, saya dan Jasmaryadi mengecek kembali perlengkapan Refling yg kami bawah dari kesekretariat Cagar Alam Indonesia Cinta Alam (CAICA)        Setelah makan kami mencari posisi yang enak untuk merokok dan sekarang tugas saya bersama kalapua mencuci piring dan megambil air untuk membuat kopi.
Jam tangan saya menunjukak pukul 01.20 kamipun satu persatu masuk kedalam tenda untuk merebahkan diri dan beristirahat. Suara langka pendaki lain mulai ramai mencari lokasi camp sabetan parang mulai terdengar, keesokan paginya saya heran melihat camp yang begitu banyak mungkin karna 17san yah..
Tanggal 15 Agustus 2013 Pukul 10.00 Jhony dan Cobra tiba di Pos 9 mereka bertugas membawa ransum persiapan 3 hari jumlah kami sekarg menjadi 8 orang
            16 Agustus 2013 Keluarga besar Cagar Alam Indonesia Cinta Alam (CAICA) datng satu persatu dari Pendiri dan Anggota-Anggota yang ingin membantu Mengibarkan Bendara Merah Putih Raksasa, langsung saja kami arahkan dan membantu memasangkan tenda ditempat yang sudah kami siapkan.
Hari semakin gelap dengan ditemani secerek kopi kami mulai membahas cara-cara yang dipergunakn pada saat pengibaran dipuncak Gunung Bulusaraung tepat 


Detik-Detik Pengibaran Bendara Raksasa 30x8m. 



Minggul 04.00 pagi Tanggal 17 Agustus 2013 Keluaraga besar Cagar Alam Indonesia Cinta Alam (CAICA) ± 100 orang bergerak menuju puncak Gunung Bulusaraung, butuh waktu 3jam untuk membungkus puncak Gunung Sulusaraung Kerasnya terpaan angin tidak menyurutkan semangat kami uantuk membungkus puncak Gunung Bulusaraung, banyak pendaki yang membantu kami memegang bendera pada saat bendera kita kibarkan adapula pendaki lain yang mengabadikan moument ini berfoto sementara Bendara Merah Putih Raksasa belum selesai kami pasang .
 Pukul 07.00 Kegiatan  Pembungkusan Puncak Bulusaraung oleh Cagar Alam Indonesia Cinta Alam (CAICA) telah berhasil degan penuh proses panjang kami bangga dengan hasil akhirnya, kamipun menyempatkan diri foto bersama-sama 07.30 kami turun kembali ke camp untuk mengisih perut dan Pukul 15.00 kami naik kepuncak untuk menggulung kembali Bendara Merah Putih Raksasa dan membawah turun kami, 17.00 kami berisiap untuk pulang selama perjalanan cobaan yang kami hadapi mulai hujan, haus, dan lapar, tapi karna kemauan kami kuat untuk dan semangat 45 kami berhasil melaksanakn misi dan kembali pulang akhirnya kami sampai di rumah masing-masing dengan selamat.

proses penggulungan bendera









Podang-podang, Liukang Tupabiring

Posted by Unknown On 06.08 2 comments
kebanyakan tugas baru sempat ngoposting nih>>>>>>>


 Sabtu 30 Mei 2014. Pukul 09.00, Setelah perlengkapan selesai, kami memulai perjalan dari sekretariat Cagar Alam Indonesia Cinta Alam, dengan mengguanakan angkutan umum menuju Tempat Pelelangan ikan (potere)
Setiba disana kami mencari kapal yang tujuannya pulau Podang-podang, kami mencari nahkoda yang berbaik hati (gratisan), mengangkut 6 orng pria maco hahahah….
Dengan proses yang sangat lama dan menguras tenaga kami berhasil menemukan nahkoda yang baik hati dan kami sapa “pak haji” dalam hati sangat gembira dapat gratisan hahahahha…
Pukul 14.17 wita kami berangkat dengan perahu motor berpenumpang 10 0rang dan 5 kardus ikan, resiko gratisan  duduk dibawah dekat ikan hahahah…..


dermaga paoter dan suasan diatas kapal

Jujur saja saya takut laut apa lagi suara bising mesin perahu dibelakang saya, tingginya gelombang membuat adrenalin terpacu percika air penerpah wajah emdd…basah mami..
Disepanjang perjalanan saya melihat beberapa pulau, baling ca’di, baling lompo, dan panambungan sdikit Tanya saya kepada ibu penumpang. 


podang podang lompo'

15.55 perahu pak haji telah sandar didermaga podang-podang tak lupa kami membantu pak haji menurunkan kardus ikannya selang beberapa menit pak haji bertanya kepada kami “siapa rumah yang kalian tuju”  langsung saja dedy menjawab dengan polosnya “kami Cuma mau jalan-jalan disni kami tidak tau rumah mana yang dituju” dan bpak haji meresponnya  dan berkata “ dirumah mi pale saja dulu istirahat”. Dalam hati kami bagai tahun baru suara petasan kegirangan hahahahhha…..
Sambil berunding kami dibuatkan teh oleh ibu pak haji,,dan kami memutuskan untuk jalan-jalan sambil mencari lokasi untuk membuat camp, setiap jalan saya melihat jarring atw pukat yang besar sedang diperbaiki maklum warga disini kebanyakn nelayan, ada juga yang mengaja kami bermain bola menurut saya warga disini cukup ramah dan baik.
Sekolah Dasar Negeri 14 Podang-podang dan SMP 7 Satap Liukang Tupabiring menjadi Tempat anak anak mencari ilmu, “kalo sudag tamat mi Smp anak-anak disini kebanyakan pergi melaut cari uang nda mau mi sekolah” kata ibu-ibu disana.
senyum dermaga
proses perbaikan jaring
dermaga podang-podang
Sekolah Dasar Negeri 14 Podang-podang dan SMP 7 Satap Liukang Tupabiring











posyandu














tak sampai satu jam kami sudah mengelilingi pulau dan beristirah didermaga serambi menikmati suasana laut dan berfoto, ada satu hal yang menganja dihati kami nnti malam kita camp dimana yah,,, tak sengaja salah satu dari kami ada yang bertanya kepada anak kecil yang sedang memancing didermaga, bahwa pulau yang disebelah sana pulau apa nama dek”, anak itu menjawab itu pulau podang-podang ca’di disana tidak ada orng yang tinggal dengan kata lain pulau tak berpenghuni,,,
Setelah berunding kami memutuskan untuk menyeberang ke sana dangan meminta bantuan pak haji, setelah  memberitahu pak haji pun setuju ingin mengantar kami kesana. Setelah mengabiskan the kami bersiap siap menuju pulau podang podang ca’di dengan membawa jergen 10 liter yang berisi air tawar untuk perisiapan satu hari karna disana tidak ada air tawar kata pak haji
17.16 wita kami tiba dipulau podang-podang ca’di dengan jarak tempuh ±15 menit dari dermaga podang-podang lompo, senja mulai tenggelam pak haji pun bergegas menurunkan kami dan berkata besok dia dan sekeluarga pergi diacara pentin sepupunya klo mau besok jam 10 saya jemput sekalian antar kalian menyeberang..kata pak Haji. Jujur saja kami sangat senang mendengar itu.
Pak haji sempat berpesan kepada kami jangan bermalam dekat pohon besar  yang ada disana karena ada kuburan katanya…. Malam semakin gelap tak ada lagi tawa yang berlebihan dari kami, kami membagi tugas ada yang mesang tenda dan sebagian mencari kayu bakar sebagai penerangan maklum senter yang kami bawa cuman dua.
Setelah makan kami berbincang sejenak dan menikmati gugusan bintang yang di iringi alunan ombak bukan dinginnya malam, secangkir kopi dan irama serangga alam yang selalu kami nikmati digunung, inilah salah satu moment terbaik menurut saya, rekomendasi dari saya  jika kalian ingin mencari ketenangan jauh dari glamornya kota Makassar Pulau podang-podang cadi’ tempatnya tapi ingat tetap menjaga kelestarian alam kita yah….
Keesokan pagi pukul 05.45 saya membuka pintu tenda matahari mulai menyinari dari kejauhan Gunung Bulusaraung berdiri kokoh depan kami pemandangan yang baru menurut saya, biasanya kami melihat dari puncak gunung hamparan lautan sekarang kami melihat barisan gunung.
Seblum matahari semakin panas kami berinisiatif untuk berenang dan menjelajahi pulau tersebut, banyak ponon yang tumbang karena abrasi dan banyak pulah sampah yang terbawa gelombang.
Foto






Jam 09.00 kami mendengar suara perahu yang merepat kepulau, setelah bercerita ternyata bapk itu seorang tukang kebun dipulau “pulau ini milik pemerintah dari pada tinggal saja lebih baik saya Tanami” kata pak kebun (lupa namanya) kami sempat berjanji akan membawa bibit pohon jika sempat kesini lagi. Tak terasa jam tanganku menunjukkan pukul 10.11 kami bergegas merapikan peralatan karna suara kapal haji sudah terdengar, perahu pak haji merapat dan kami pun bergegas naik dan pulang tapi cerita perjalan kami belum berhenti sampai dstu bro…..
Diatas perahu sudah ada para ibu-ibu kondang siap berfoto hahahahhah…selama perjalan kami bercerita tentang pulau podang-podang saking asiknyya cerita ternya ibu-ibu itu tujuannya dermaga dimaros Buttatoa bukan dermaga potere hahahhahaha….maklum gratisan
Pukul 11.50 sesampainya di dermaga kami berterima kasih kepada pak haji dan seluruh ibu-ibu dikapal telah diantar dan memberikan informasi yang sangat banyak..belumsempat kami berpamitan kami keluarga sipengatin menyuruh kami untuk makan siang dulu,, wahhhh..rezeki tidak pernah berhenti hhahahahahahah…
Setelah makan kami mohon pamit kepada tuan ruamh dan pak haji,,,takut merepotkan lebih lanjut hahahaha….. dengan mengunakan pete kami pun pulang menuju Makassar, dan berinisiatif akan kembali kepodang-podang untk cerita selanjutnya.





Biaya kapal 40 rb perorang,
Sewa gallon 6rb

podang part 3

pasaranjayya dan 30 x8 m

Posted by Unknown On 06.04 1 comment

Lokasi Pasaranjayya

  
 Sekitar 30 menit berjalan dari puncak gn Lomobattang, pandangan kami arahkan kesebelah kanan dengan radius pandang 1700m kebawah kami dapat melihat tanah lapang yang luas dan dikelilingi pepohonan yang rindang… aneh tapi nyata yahhh benar saja itulah Pasaranjayya, dari bahasa setempat anjayya artinya “orang mati” jadi pasaranjjaya artinya pasarnya orang mati Wow… menurut cerita para pendaki pendahulu kami,  cuman sedikit pendaki yang berani masuk disana, banyak hal hal yang diluar logika terjadi, salah satunya pernah ada pendaki yang tidak bisa keluar dari lokasi area anjayya dua hari dua malam baru dapat keluar dari lokasi tersebut. ada juga cerita dari senior kami pada saat dia masuk kedalam area anjayya botol air minum seperti ada yang remuk remukan. itu sedikit cerita yang saya dengar.
Menurut mitos, konon kabarnya dari cerita rakyat setempat pasaranjayya merupakan titik dimana pusat aktifitas jin dan mahluk gaib yang sangat kuat dan mempunyai nilai historis mistis yang menjadi cerita turun temurun oleh warga setempat wallahulAlam……. lanjut kebawah..
“ MERAH PUTIH RAKSASA DI ANJAYYA”

Trans Merah putih II  Lompobattang – Bawakaraeng dengan melakukan pembentangan bendera merah putih raksasa ukuran 30 x8 m di padang pasaranjayya
Dalam rangka memperingati hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 april 2014 Kami dari Cagar Alam Indonesia Cinta Alam CAICA melakukan kegiatan pendakian trans lompo battang - bawakaraeng dengan misi pembentangan bendera merah putih raksasa dengan ukuran 30 x 8 meter di padang pasaranjayya skaligus pencapaian  rekor  organisasi pencinta Alam pertama di dataran Sulawesi selatan yg melakukan keg. Tersebut . Mengingat belum ada satupun organisai pencinta alam baik mapala, kpa,opa dan klompok kelompok pengiat alam bebas lainnya yg pernah melakukan kegitan yang mempunyai tinngkat resiko tinggi tersebut……

Suasana haru pelepasan tim Trans Lompobattang-Bawakaraeng,
Mentari Pagi Lembang Bu'ne 

“ Rabu 16 April 2014, pukul 14.54 setelah perbekalan dan peralatan rampuang perjalanpun kami mulai dari Sekretariat Cagar Alam Indonesia Cinta Alam (CAICA)  dengan berjumlah anggota 13 orang. sesuai dengan brifing sebelumnya salah satu dari senior kami yaitu  Andi Amiruddin biasa kami panggil “puang unding” di berikan tanggung jawab sebagai leader dalam tim kami, setalah pelepasan dan berfoto besama, kamipun berangkat dengan megunakan mobil zuzuki grand max pick Up. Dengan jarak tempuh kurang lebih delapan jam perjalanan, kami pun tiba tepat pukul 23.50 malam di desa Lembang Bu’ne ( kaki gunung lompo battang ) Kec. Malakaji Kab. Gowa, Sul-Sel di desa inilah kami memutuskan untuk menginap.
 Perjalanan memang sanggat lama di karenakan beberapa kali mobil berhenti untuk makan dan beristirahat..  
Pagi harinya Kamis 17 April 2014 pukul 08.00. setelah berkemas kemas kamipun sarapan dengan bekal yang kami bawah. sarapanpun kami tutup dengan meneguk segelas coffee hangat. Sebelum memulai perjalanan tak lupa kami berdoa agar perjalan lancar dan tak ada kendala yang berarti, target awal kami adalah pos 9 lompobattang. Perjalananpun kami mulai langkah pertama menuju pos 1 Gunung lompobattang sepanjang perjalan banyak terelihat perkebunan warga dan semak belukar, dipos ini terdapat aliran sungai yang jernih, untuk jarak tempuh dari dusun ke pos 1 sekamir ±40 menit.
Sungai Pos 1 Gn.lompobattang


Menuju pos 2 kami akan melewati semak belukar dan masih menyembrangi sungai, sebaiknya mengisi botol air karena di pos ini kami dapat menemukan sumber air,  Dari pos 2 ke pos 3 perjalan melewati semak belukar setinggi kepala dan hutan yang lebat ala gunung lompobattang  dari perjalan menuju ke pos 3 terdapat percabangan jalur  sebagai leader tim “puang unding” mengabil jalur kanan dan memasang street line, setelah 20 menit perjalanan tepat pukul 10.05  kami telah tiba di pos 3 dengan ketinggian + 1532 m dpl
Perjalan kami lanjutkan menuju pos 4, pos ini berada di puncak bukit dengan keadaan sedikit terbuka dan waktu tempuh sekamir +1 jam.
Dari pos 4 menuju pos 5 sedikit megalami hambatan dikarenakan hujan cukup lebat untungnya kami telah mempersiapkan mantel masing – masing. Kami tiba di pos 5 pukul 13. 20. Hawa dingin dan lapar mulai menyerang dan merasuki tubuh kami, kami berinisiatif untuk makan siang di pos 5 tapi Puang unding selaku leder kami mengatakan “nanti di pos 6 baruki’ makang karena  jalur sudah landai……ka  sessaki itu dirasa kalo sudahki’ makan baru tanjakang”  langsung saja kami mengangkat carriel (tas ransel besar) di pundak masing-masing dan bergegas melajutkan perjalan,
Hujanpun mengiringi langkah kami menuju pos selanjutnya, setiba di pos 6 disinilah terjadi vegetasi dari hutan yang sebelumnya belum terlalu rapat menjadi volume hutan rapat, saya tidak melihat adanya pergerakan makan siang, rupanya puang unding memutuskan melenjutkan perjalan menuju pos 7 mungkin karena memertimbangkan hujan yang semakin keras.
Pukul 16.00 kami tiba di pos 7 yang merupakan puanggungan gunung lompobattang warga biasa menyebut dengan nama puncak assumpolong dengan ketinggian 2673 mdpl, dari pos ini pula kami sudah dapat melihat puncak lompobattang juga bisa menjadi tempat ngecamp yang cukup luas, di pos inilah kami akhirnya memutuskan untuk mengisi kampoeng tengah yang sedari pagi telah kosong .setelah plesit ( tenda sementara ) terbentang kamipun memulai aktifitas masak memasak dan ditemani secangkir original coffee, menu hari ini telur goreng rasa pos7 ala chef Cawiwi ( salah seorang dari tim kami )

setalah perut kami terisi, perjalanan kami lanjutkan ke pos 8 dengan menuruni puncak assumpolong ( pos 7 ) kami melewati penurunan yang cukup terjal dengan jalur yang sempit dan jurang disebelah kanan. Perjalanan dari pos 7 ke pos 8 dapat ditempuh selama 30 menit, di pos 8 terdapat sebuah tanjakan  tidak terlalu kentara. Tidak jauh dari pos ini terdapat sebuah prasasti atas nama Triwahyudi Alm. adalah salah seorang anggota sispala kalpataru dari SMA Negeri I Makassar yang meninggal saat mendaki gunung lompobattang, tak lupa kami mengirimkan al-fatiha kepada beliau.

Pukul 18.00 kabut malam sangat terasa di Pos 8 Perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke pos 9  setelah ± 30 menit akhirnya kami sampai pos 9, di pos ini terdapat bongkahan batu besar dengan tetesan–tetesan air di bawah bongkahan batu tersebut  dan kami mengakhiri perjalalan hari ini dengan membuat  camp. Pukul 21.00 tengg setalah makan dan bersih tenda, kami memulai breafing dangan tugas masing, sesuai dengan settingan awal pada saat rapat teknis di secretariat, kami terbagi menjadi 3 tim yaitu tim A bertugas sebagai pembuka jalur dan tim pembentang bendera sekaligus memasang street line berwarna biru  yang dikoordinatori oleh puang unding sendiri anggota Rokip, bitox, Rispal, kondo dan wawo, tim B yang dikoordinir oleh cacing dan beranggotakan cawiwi, gumbe, buntal sedangkan tim C betugas memgambil gambar dari spot terbaik ( pengambilan gambar dari area puncak mengarah ke anjayya titik spot ) sekaligus sebagai swiper yang dikoordinir oleh Habib beranggotakan, Cakra dan saya sendiri tomket.
Personil Tim A, membawa bendera dan membuka jalur

Jumat  18 April 2014 pukul 04.00 dini hari tim A telah selesai mempersiapkan segala perlengkapannya dan memulai perjalan lebih awal dari tim yang lain menuju pasaranjayya untuk membengtakan bendera merah putih dengan ukuran 30x8 meter. Dangan harapan pukul 12.00 bendara telah dibentangkan di padang anjayya.
Pukul 09.20 tim B  dan C berangkat bersamaan menuju Pasaranjayya, tepat pukul 10.15 kami tiba di Puncak tarangulasi gunung Lompobattang dengan medan yang menanjak dan melewati batu besar yang berdiri tagak dan terjal sedangkan dikanan dan dikiri terdapat jurang yang dalam, perjalan menuju puncak tidak mudah karena medan batu yang domoinan yang kami pijaki sangat licin sesekali kami harus merayap dan jongkok, 
 
Tim B dan C Berfoto di Puncak Gn Lompobattang


Dari puncak lompobattang kami megambil jalur kiri yang sudah terpasang street lain yang sebelumnya telah di pasang oleh tim A. pukul 11.40 kami meninggalkan  tranggulasi puncak lompobattang dan melanjutkan perjalan menuju anjjayya dengan medan yang extrim melelui beberpa puanggungan gunung  dan berjalan miring dengan pijakan yang sangat sempit.
 Sekamir 30 menit berjalan dari puncak, pandangan kami arahkan kesebelah kanan dengan radius pandang 1700m kebawah kami dapat melihat tanah lapang yang luas dan dikelilingi pepohonan yang rindang… aneh tapi nyata yahhh benar saja itulah Pasaranjayya, dari bahasa setempat anjayya artinya “orang mati” jadi pasaranjjaya artinya pasarnya orang mati Wow… menurut cerita para pendaki pendahulu kami,  cuman sedikit pendaki yang berani masuk disana, banyak hal hal yang diluar logika terjadi, salah satunya pernah ada pendaki yang tidak bisa keluar dari lokasi area anjayya dua hari dua malam baru dapat keluar dari lokasi tersebut. ada juga cerita dari senior kami pada saat dia masuk kedalam area anjayya botol air minum seperti ada yang remuk remukan. itu sedikit cerita yang saya dengar.
 Menurut mitos, konon kabarnya dari cerita rakyat setempat pasaranjayya merupakan titik dimana pusat aktifitas jin dan mahluk gaib yang sangat kuat dan mempunyai nilai historis mistis yang menjadi cerita turun temurun oleh warga setempat wallahulAlam…….
Kabut Tebal Menghalangi Proses Pengambilan Gambar

Pukul 12.00 Tim C sudah menemukan spot yang bagus untuk mengambil gamabar dan tim B melanjutkan perjalanan menyul tim A, tapi pasar anjyya tertutupi kabut tebal  waktu yang ditentukan sudah habis, sebelumya tiap tim telah di beri tugas masing masing termasuk tim C toleransi waktu yang di berikan tim C untuk pengambilan gambar adalah sampai jam 12.00 …. Tetapi waktu yang di targetkan sudah hampir habis  jadi kami memutuskan untuk melajutkan perjalanan  dengan hati yang HAMPAH berjalan menuju persimpangan tiga, sempat terjadi disorientasi  selama beberapa jam. Sepanjang jalan kami tidak menemukan street line yang  telah terpasang sebelumnya oleh tim A, mengingat kami telah terpisah jauh antara kedua tim. sehinggah kami tersadar ternyata kami sudah berada di patahan tebing, dan kami berjalan di luar jalur yang sebenarnya,. habib selaku coordinator tim C memerintahkan untuk menyisrir tebing mencari jalur, setelah satu jam lebih  jalur orentasi belum kami temukan, hingga kami kelelahan dan memutuskan untuk kembali ke ko’bang (menurut mitos adalah kuburan)  yang sebelumnya kami lalui. secara terpaksa kami beserta tim C mengentikan perjalan hari itu juga dan memutuskan menginap di camp tersebut.  ko’bang termasuk salah satu puncak dari deretan pegunungan lompobattang berkisar 2870 Mdpl. kami memutuskan untuk kembali ke ko’bang agar mudah memantau pergerakan dari tim lain yang sebelumnya telah terpisah dari kami tim C. menurut mitos setempat Batu yang terdapat disekaminya dipercaya masyarakat setempat  adalah kuburan Raja Gowa ada juga yang mengatakan kuburan Syech yusuf disini juga biasa dijadikan tempat ritual karena terdapat pisang, lilin, dan beberapa biji telur sisa sisa sesajen.
Keesokan harinya sabtu 19 april 2014 pada pukul 08,05 kami bergegas untuk mencari jalur sebenarnya, mengingat kedua tim di bawah pasti khawatir dengan keadaan tim kami karena terpisah selama satu hari, Setelah kami menemukan jalur, kami mempercepat pergerakan kembali ketitik spot pengambilan gambar tiba-tiba kami mendengar teriakan dari arah bawah, ternyata benar dugaan kami, itu suara puang unding yang tengah mencari tim kami. dan bergerak ke atas mengarah ke tim kami dalam perjalanan turun suara saling sahut sahutan terdengar riuh hingga suara makin lantang seakan akan makin mendekat akhirnya setelah beberapa jam tim kami bertemu dengan puang unding Alhamdulillah perasaan kami legah, ternyata kedua tim yaitu tim A dan tim B memutuskan menginap di persimpangan antara lembah kharisma dan anjayya untuk menunggu kami.… setelah kami yakin ketiga tim benar benar aman.puang unding kembali turun ke anjayya untuk memberikan kabar kepada kedua tim di bawah untuk melanjutkan misi yang sebelumnya terpending. Tapi sebelum puang unding turun kebawah, kami telah bersepakat untuk memutuskan kembali bertahan ke tempat spot awal menunggu moment untuk megambil gambar sesuai target. 
 


Detik-detik Pembentanagan Bendara Merah Putih Raksasa 30x8  
Gambar diambil dari radius 1.700m dari kawasan puncak Lompobattang

Tepat  Pukul 14.05 bendera merah putih 30x8 meter sudah terbentang sempurna di Anjayya. Dan kami tidak menyianyiakan moment untuk pengambilan gambar sebanyak banyaknya. dalam hati kami berteriak bahwa misi berhasil namun kami tidak boleh terlena dengan keberhasilan tersebut, sebab perjalanan masih sangat panjang dan tantangan masih menunggu di depan mata.
Setelah pengambilan  gambar selesai, kami dari tim C bergegas turun ke pasaranjayya dan bergabung dangan tim lainnya, pukul 16.20 kami tiba dipertigaan antara lembah kharisma sebelah kiri dan pasaranjayya sebelah kanan. kemudian setelah semua tim bergabung, kami bersama sama masuk ke areal pasaranjayya.




  
Proses Penggulungan Bendara Dan Suasana PasarAnjayya




Pukul 17.00 setelah bendara digulung kembali kami melanjutkan perjalan menuju lembah kharisma dimana tempat ini terdapat 2 sungai kecil untuk camp dan bermalam, pukul 19.20 kami tiba dilembah kharisma beristirahat memulihkan stamina yang terkuras.
Keesokan harinya 20 april 2014, pagi itu kami bercerita sejenak dan bercandatawa ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok bintang mas (BMW) kami senang MISI kami setelah berhasil mengingat kami sempat terpisah sehari, pukul 10.11 kami star dari lembah kharisma menuju puncak bawakaraeng kami melewati tanjakan penuh sampai pos 13 “sebaiknya mengencangkan sabuk pengaman karena duri rotan siap mengahadang jalan kalian” kata puang unding kepada kami. Terdapat tempat yang luas dengan ketinggian 2066 Mdpl kami tidak disarankan untuk berlama lama di pos ini karena beberapa faktor seperti mistik, dinginnya cuaca serta medan magnetis dan sumber air yang tidak ada.
Perjalan kami lanjutkan setelah menerima masukan dari leader (Puang Unding), selama perjalan kami melewati medan yang kanan kirinya adalah jurang terkadang angin menghantam dari arah mana saja sehingga mengharuskan berjalan menunduk sambil memegang tumbuhan yang ada disekitar jalur, kemudian kembali melewati punggungan gunung yang disekitarnya jurang terjal “ASTAGFIRULLAH ALADZIM, ALLAHU AKBAR” kata yang sering terucap dibibir kami.
Kami melihat tebing makkayya konon disinilah tempat ritual haji Bawakaraeng bagi kepercayaan penduduk setempat, kami juga melewati jalur yang sempit dan terdapat batu besar sehingga hanya dapat dilalui satu orang karena kanan dan kiri jurang. puang unnding mengatakan “jalur titian siratal mustakim dan pintu angin” disini sangat berbahaya karena kami bisa terbang mengunakan carrier, untungnya itu tidak terjadi pada kami.



 Jalur Menuju Pos 13 memicu Andrenalin

Setelah itu kami melewati jalur landai dan terdapat 3 mata air yang berbeda warna ada jernih, coklat, dan putih sungguh kuasa tuhan, di pos ini sudah termasuk dalam kawasan gunung bawakaraeng yang letaknya dibelakang puncak bawakaraeng dengan medan sedikit menanjak mengambil jalur kanan untuk menuju tranggulasi puncak bawakareng.
Pukul 16.21 kami tiba di pos 10 Bawakaraeng dan beristirahat serta membicarakan apakah kami akan camp disni atau sehabis makan lalu melanjutkan perjalanan turun ke lembanna.



Puncak Gn. Lompobattang

Pukul 17.00 puang unding sebagai leader seluruh tim memutuskan melanjutkan perjalan turun sehabis makan. Mendengar keputusan leader, seluruh anggota tim mempersiapkan kembali peralatan lalu memulai perjalanan turun “Arrarrraaaa, Gas Pollll..!!!”. Setelah beberapa jam perjalanan malam tepat pukul 02.45 Seluruh rombongan tim akhirnya tiba di dusun lembanna, kec. Tinggi moncong, Kab. Gowa (kaki gunung bawakaraeng). dirumah tata badollah (salah satu warga dusun lembanna, sekaligus basecamp CAICA) dimana 2 hari sebelumnya sudah ada saudara CAICA lainnya yang menunggu. Rasa penasaran dan kekhawatiran pecah shubuh itu juga karena kedatangan kami berganti dengan sorak teriakan bahagia bercampur haru akhirnya seluruh tim tiba dengan selamat sampai tujuan dan misi dinyatakan “SUKSES” dengan berhasilnya membentangkan Bendera Merah Putih Raksasa Ukuran 30x8 Meter Di Padang Pasaranjayya.
Dengan suksesnya misi Pembentangan Bendera Merah Putih Raksasa ukuran 30x8 meter  di Anjayya membuat sejarah dan pencapaian rekor baru, bahwa Cagar Alam Indonesia Cinta Alam adalah salah satu organisasi pencinta alam pertama ditanah Sulawesi yang berhasil melaksanakan misi tersebut.
Trans Gunung lompobattang Bawakaraeng menjadi pengalaman yang tak pernah kami lupakan, kekompakan tim adalah kunci utama suksesnya misi,. Tak lupa kami haturkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kesehatan serta lindungannya sehingga kendala-kendala dalam perjalanan dapat teratasi dengan baik. juga terima kasih pula kepada saudara seCAICA atas do’a dan dukungan baik moril maupun materil sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan sukses.

“LAHIR UNTUK BESAR, DIKENAL DAN DIKENANG” Bravo CAICA

Foto seluruh tim CAICA dilembanna

Site search

    Blogger news

    Blogroll

    About